Lagu Cirebon Sega Jamblang

Lagu Cirebon Sega Jamblang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jamblang adalah salah satu desa di kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.

luas wilayah desa Jamblang 133,8 Hektar

Jamblang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.

Secara geografis Kecamatan Jamblang terletak di bagian utara Kabupaten Cirebon yaitu antara 108.447956 - 108.49356 Bujur Timur, dan antara 6.708326 - 6.634670 Lintang Selatan.

Secara geografis, Kecamatan Jamblang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Salah satu tampilan variasi sega jamblang

Sega Jamblang atau Nasi Jamblang dalam Bahasa Indonesia) adalah makanan khas dari Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Nama Jamblang berasal dari nama daerah di sebelah barat Kabupaten Cirebon tempat asal pedagang makanan tersebut. Ciri khas makanan ini adalah penggunaan daun jati sebagai bungkus nasi. Penyajian makanannya pun bersifat prasmanan.[1][2]

Nama sega/sego jamblang konon berasal dari sebuah nama desa di sebelah barat Kabupaten Cirebon, yakni desa Jamblang, Jamblang, Cirebon. Walaupun bernama sega jamblang, makanan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan pohon atau buah jamblang.

Sega Jamblang adalah makanan khas Cirebon yang pada awalnya diperuntukan bagi para pekerja paksa pada zaman Belanda yang sedang membangun jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Kabupaten Cirebon.[3]

Sega Jamblang saat itu dibungkus dengan daun jati, mengingat bila dibungkus dengan daun pisang kurang tahan lama sedangkan jika dengan daun jati bisa tahan lama dan tetap terasa pulen. Hal ini karena daun jati memiliki pori-pori yang membantu nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan dalam waktu yang lama.[butuh rujukan]

Walaupun menunya sangat beraneka ragam, tetapi harga makanan ini relatif sangat murah. Karena pada awalnya makanan tersebut diperuntukan bagi untuk para pekerja buruh kasar di Pelabuhan dan kuli angkut di jalan Pekalipan.

Menu yang tersedia biasanya antara lain sambal goreng, tahu sayur, paru-paru (pusu), semur hati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar/telur goreng, telur masak sambal goreng, semur ikan, ikan asin, tahu dan tempe. Namun salah satu menu yang menjadi ikon dari sega jamblang adalah balakutak hideung, yaitu cumi-cumi atau sotong berkuah kental yang dimasak bersama dengan tintanya sehingga berwarna hitam seperti rawon.

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,

Sega Jamblang atau Nasi Jamblang merupakan  makanan khas dari Cirebon, Jawa Barat. Paling khas dari kuliner ini, nasinya dibungkus daun jati. Nasi pun jadi pulen. Nama Jamblang diambil dari nama daerah asal pertama sang penjual. Tidak ada kaitan dengan buah jamblang.

Jika mengunjungi Kota Cirebon, tidak lengkap tanpa wisata kuliner. Salah satu yang wajib dicoba adalah Sega Jamblang. Sajiannya, nasi dibungkus daun jati setiap porsinya. Satu porsi nasi umumnya satu kepal tangan. Jadi untuk sekali makan minimal dua bungkus nasi. Sedangkan aneka lauk disajikan secara prasmanan.

Paling tidak, 10 tahun terakhir, sepanjang jalan Pantura Cirebon, sampai masuk Kota Cirebon, sudah banyak dijumpai penjual Sega Jamblang. Baik yang berbentuk restoran atau tenda di pinggir jalan. Yang restoran umumnya juga menjual makanan khas Cirebon lainnya. Seperti Empal Gentong dan Sega Lengko.

Mereka menjajakan Sega Jamblang dengan konsep yang hampir sama. Meja ukuran besar ditempatkan di tengah. Di atasnya aneka lauk pauk yang diambil secara prasmanan oleh pembeli. Sedangkan nasi sudah dibungkus daun jati yang diletakkan di bakul berukuran besar.

Seorang pelayan akan menyajikan nasi yang dibungkus daun jati itu sesuai porsinya. Kemudian diberi sambel goreng. Setelah itu, pembeli baru bisa memilih menu lainnya secara prasmanan. Jika di warung tenda, pembeli duduk di bangku yang melingkari menu prasmanan. Kalau di restoran disediakan meja makan.

Di beberapa tempat, Sega Jamblang tidak menggunakan daun jati. Pakai kertas nasi. Alasannya, susah mendapatkan daun. Namun, tetap mayoritas masih setia mempertahankan daun jati. Selama ini, daun jati dipasok dari wilayah Cirebon dan sekitarnya. Seperti Majalengka, Indramayu, dan Kuningan.

Dari banyaknya penjual, ada beberapa lokasi yang akrab di telinga. Yakni, Nasi Jamblang Mang Dul di Jalan Cipto Mangunkusumo. Tepatnya di depan Grage Mal Cirebon. Ada juga Nasi Jamblang Pelabuhan, terletak di sebelah Taman Ade Irma Suryani, Pelabuhan Cirebon.

Lokasi lainnya adalah Sega Jamblang Bu Nur yang berada di Jalan Cangkringan, Kota Cirebon. Untuk harga cukup terjangkau. Rata-rata setiap item makanan dijual Rp 1000 sampai Rp 5000. Jadi, satu porsi makan antara Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu.

Lauk yang disajikan sebagai pelengkap Sega Jamblang banyak pilihannya. Mulai sambal goreng, tahu sayur, paru-paru, semur hati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar atau telur goreng, semur ikan, ikan asin, tahu tempe, dan lainnya.

Dari sekian menu yang harus dicoba adalah sambel goreng. Cabai merah dengan rasa khas. Lainnya adalah balakutak hidueng. Makanan cumi-cumi atau sotong berkuah kental itu dimasak bersama dengan tintanya. Jadi masakan berwarna hitam seperti rawon.

Memang, sensasi nasi yang dibungkus daun jati,  terasa. Nasi sangat pulen. Apalagi, sebelum disantap, nasi disiram kuah semur. Nendang di lidah. Pantas saja, ada warga Jakarta yang pertama kali makan Sega Jamblang, mengaku, nasinya bikin ngantuk saking pulennya. Jadi, wajib dicoba.

Sejarah Sega Jamblang

Jamblang berasal dari nama desa di sebelah barat Kabupaten Cirebon. Tempat asal pedagang yang mempopulerkan masakan tersebut. Sega Jamblang awalnya makanan para pekerja paksa pada zaman Belanda. Mereka sedang membangun Jalan Raya Daendels sepanjang 1000 kilometer dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Kabupaten Cirebon.

Pemilihan daun jati, karena para pekerja bisa menyimpan nasi lebih lama. Nasi yang dibungkus daun jati jadi awet dan bisa bertahan beberapa hari. Saat itu kabarnya banyak warga yang kelaparan, bahkan sampai meninggal, karena kekurangan makanan. Sejak itu, nasi dibungkus daun jati jadi populer di kalangan pekerja.

Daun jati memiliki tekstur yang tidak mudah sobek dan rusak. Daunnya memiliki pori-pori yang dapat membantu menjaga keadaan nasi agar tidak mudah basi. Meskipun disimpan dalam jangka waktu yang lama.

Pada sekitar 1847, bisa dikatakan menjadi cikal lahirnya Sega Jamblang. Saat itu, Belanda membangun tiga prabrik. Dua pabrik tebu di Plumbon dan Gempol. Satunya pabrik spriritus di Palimanan.

Dibangunnya tiga pabrik tersebut menyerap banyak pekerja. Mereka berasal dari Cirebon dan daerah sekitarnya. Seperti Sindangjawa, Cisaat, Cidahu, Bobos, dan lainnya. Para pekerja tersebut terus bertambah. Di sisi lain tidak ada penjual nasi di sana. Kepercayaan saat itu, tidak baik atau pamali jual nasi. Masyarakat saat itu lebih baik menyimpan beras daripada beli nasi.

Namun seiring waktu banyak pekerja mencari warung nasi. Sampai akhirnya tergerak wrga Jamblang bernama Ki Antara atau H Abdul Latif dan istrinya Ny Pulung atau Tan Piauw Lun. Keduanya bersodaqoh makanan untuk sarapan para pekerja tiap harinya. Mereka menggunakan daun jati untuk membungkus nasinya.

Dari mulut ke mulut informasi itu menyebar. Akhirnya banyak pekerja yang makan di sana. Meski awalnya gratis, para pekerja merasa tidak enak. Mereka pun sepakat memberikan sukarela untuk makanan yang mereka makan.

Dari sana lah Sega Jamblang akhirnya dijual oleh banyak orang. Tidak hanya warga Desa Jamblang, tapi warga Cirebon lainnya. Termasuk juga di kota besar seperti Jakarta, pengusaha Sega Jamblang berjualan. (K-IS)

Rasanya ada yang kurang lengkap bila berkunjung ke Cirebon tanpa mencicipi nasi jamblang. Itu sama halnya dengan bila berkunjung ke Yogyakarta tanpa merasakan makanan khasnya, yakni nasi kucing. Saat memasuki kota yang sering dikenal sebagai Kota Udang itu, dengan mudah wisatawan bisa menemui jajaran warung yang menjual nasi yang menjadi menu makanan khas kota tersebut. Penjual menu makanan yang sering disebut sega jamblang itu ada yang mangkal di warung dan adapula yang menjajakan keliling. Salah satu tempat kuliner yang dikunjungi Bisnis adalah Sega Jamblang Mang Dul, yang terletak di Jalan Ciptomangunkusumo, Cirebon. Nama Jamblang berasal dari nama daerah di sebelah barat Kota Cirebon, yakni tempat asal pedagang makanan tersebut. Ciri khas menu makanan tersebut adalah penggunaan daun jati sebagai bungkus nasi. Makanan pun disajikan secara prasmanan. Ketika Bisnis berkunjung ke tempat tersebut pada suatu pagi hari, beberapa pengunjung sedang asyik menikmati menu makanan itu yang dilengkapi lauk-pauk. Adapula sebagian pengunjung yang mengantre di meja prasmanan untuk memilih menu kesukaannya. Menu lauk-pauk yang tersedia di Mang Dul beraneka ragam, antara lain sambal goreng (yang memiliki agak manis), tahu sayur,  paru,  semur hati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar, telur goreng, telur masak sambal goreng, semur ikan, ikan asin, tahu, tempe, dan tak ketinggalan balakutak, sejenis cumi-cumi yang dimasak bersama tintanya. Menurut catatan sejarah, awalnya nasi jamblang ini dibuat untuk para pekerja paksa (rodi) di zaman Belanda yang sedang membangun jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Kabupaten Cirebon, tepatnya di Desa Kasugengan. Saat itu sega jamblang dibungkus dengan daun jati, mengingat bila dibungkus dengan daun pisang kurang tahan lama, sedangkan dengan daun jati bisa tahan lama dan tetap terasa pulen. Hal ini karena daun jati memiliki pori-pori yang membantu nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan dalam waktu lama. Uniknya, akan lebih nikmat dimakan secara tradisional dengan 'sendok jari' dan alas nasi beserta lauk pauknya tetap menggunakan daun jati. Sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa pada nasinya, hanya nasi putih biasa yang harus didinginkan terlebih dahulu beberapa jam, baru setelah itu dibungkus dengan daun jati. Ukuran nasinya pun tidak terlalu banyak, hanya segenggaman tangan orang dewasa. “Kalau dibungkus pada saat panas akan membuat nasi berubah menjadi merah. Itu yang kami tidak mau. Biasanya setelah nasi matang, langsung dikipas dan diangin-anginkan. Hal ini bisa membuat nasi tahan lama,” jelas Umar (40), pengelola Warung Nasi Jamblang Mang Dul. Rumah makan tersebut menjadi salah satu tempat kuliner favorit bagi warga Cirebon dan para pendatang dari luar kota yang ingin mencicipi menu khas nasi jamblang. Setiap hari, sekitar pukul 06.00-08.00 pasti orang tengah berjubel menikmati nasi jamblang sebagai sarapan pagi. “Nanti biasanya ramai lagi sekitar jam makan siang,” tuturnya. Menurutnya, saat ini jumlah lauknya ada sekitar 20 macam. Harganya berkisar Rp800--Rp6.000. Meski sambalnya berwarna merah, sama sekali tidak pedas karena terbuat dari cabai merah besar, lalu diiris tipis-tipis, yang dicampur dengan bawang merah, serai, lengkuas, dan ditumis dengan minyak. Hanya makan dengan sambal saja, bisa tambah nasi berkali-kali lho.(hh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Sega Jamblang ialah makanan khas dari Cirebon, Jawa Barat yang disajikan secara mirip bufet menampilkan pelbagai jenis lauk-pauk masakan setempat di sana. Ciri khas makanan ini ialah kegunaan daun pokok jati sebagai pembungkus nasi atau sega.

Nama Jamblang berasal dari nama sebuah desa terletak di daerah bernama sama di sebelah barat bandar Cirebon, tempat asal pedagang makanan tersebut. Walaupun bernama sega jamblang, makanan ini sama sekali tidak berkaitan dengan pokok atau buah jamblang.

Menu yang tersedia biasanya antara lain ialah sambal goreng, sayur tauhu, paru-paru, semur hati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar/telur goreng, telur masak sambal goreng, semur ikan, ikan masin, tauhu dan tempe.

Sega Jamblang ialah makanan khas Cirebon yang pada awalnya diperuntukan bagi para buruh paksa pada zaman Belanda yang sedang membina jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melepasi wilayah Kabupaten Cirebon.

Sega Jamblang semasa itu dibungkus dengan daun jati, kerana apabila dibungkus dengan daun pisang, ia kurang tahan lama manakala jika dengan daun jati boleh tahan lama. Hal ini kerana daun jati mempunyai rongga-rongga yang membantu nasi tetap terjaga kualitinya walaupun disimpan dalam masa yang lama.

Walaupun menunya sangat beraneka ragam, namun harga makanan ini secara relatifnya sangat murah. Kerana pada awalnya makanan tersebut diperuntukan bagi untuk para pekerja buruh kasar di pelabuhan dan kuli angkut di jalan Pekalipan.